Alkisah jaman dahulu kala, di sebuah desa hiduplah seorang pemuda bernama Raden Budog. Pemuda tampan yang tak lain adalah anak sulung sang kepala desa. Suatu hari setelah lelah berlatih ilmu kanuragan di tepi pantai, Raden Budog beristirahat di bawah pohon ketapang.
Sementara kuda dan anjing kesayangannya ikut beristirahat tak jauh dari tempatnya. Karena kecapaian ia tertidur dan bermimpi. Dalam mimpinya Reden Budog bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik bagaikan bidadari dari khayangan. Kecantikan wanita itu mempesona sang pemuda lugu. Apalagi munculnya wanita cantik itu diiringi oleh suara lesung yang dipukul dengan irama nan merdu. Tapi sayang Raden Budog hanyalah bermimpi. Tapi mimpi itu sangat membekas di hati Raden Budog. Ia jadi merindukan sosok wanita cantik dalam mimpinya itu.

Kisah Asal Usul Terjadinya Tanjung Lesung


Ketika pulang ke desanya betapa kagetnya Raden Budog. Desanya sudah hancur. Beberapa penduduk ada yang sudah tewas mengenaskan. Desa sepertinya habis diserang sesuatu. Raden yang cemas segera berlari menuju rumah. Yang ditakutkannya ternyata terbukti. Rumahnya hangus terbakar. Sang ayah tergeletak sekarat di halaman. Bersimbah darah. Sementara keluarga lain tewas menggenaskan. Sebelum tewas ayah Raden Budog bercerita bahwa desa telah diserang oleh sekelompok orang bertopeng. Sang ayah berusaha bertarung dengan mereka. Tapi naas ia kalah kuat dan terluka parah. Tak lama berselang sang kepala desa malang itu pun meregang nyawa. Setelah menyerahkan sebuah kalung tengkorak, milik para perampok kejam itu.

Raden Budog benar-benar terpukul dan sedih. Orang-orang yang ia cintai dan juga desa kelahirannya telah hancur. Ia bertekad mencari para perampok bengis, pemilik kalung tengkorak itu dan membalas dendam. Raden Budog memutuskan mengembara ditemani oleh anjing dan kuda kesayangannya.

Sementara itu jauh di kampung lain. Hiduplah seorang janda bernama Nyi Siti yang memiliki seorang anak gadis yang sangat cantik. Sri Poh Haci namanya. Setiap hari Sri Poh Haci membantu ibunya menumbuk padi menggunakan lesung yang dipukul-pukulnya itu menimbulkan suara yang sangat merdu dan indah. Oleh sebab itu, setiap kali selesai menumbuk padi, Sri Poh Haci tidak segera berhenti, tapi terus memukul-mukul lesung itu hingga terangkatlah nada yang merdu dan enak didengar. Dimulai dari sinilah akhirnya banyak gadis kampung yang berdatangan ke rumah Nyi Siti untuk ikut memukul lesung bersama Nyi Poh Haci. Kebiasaan memukul lesung akhirnya menjadi tradisi kampung itu. Sri Poh Haci merasa gembira dapat menghimpun gadis-gadis kampung bermain lesung. Permainan ini oleh Sri Poh Haci diberi nama Ngagondang, yang kemudian dijadikan acara rutin setiap akan menanam padi. Tapi pada setiap hari Jumat dilarang membunyikan lesung, karena hari Jumat adalah hari yang keramat bagi kampung itu.

Sudah banyak pemuda kampung yang berusah mendapatkan hati Sri Poh Aci. Tapi mereka selalu ditolak. Tapi tidak halnya dengan Dimas. Pemuda gagah ini tak akan berhenti berusaha agar Sri Poh Aci mau menerima cintanya.

Lama mengembara bersama dua binatang kesayangannya, Raden Budog tak jua berhasil melacak jejak para perampok. Ia hampir putus asa. Perjalanan melelahkan ini terasa sia-sia. Bahkan Raden Budog harus kehilangan kedua sahabatnya setianya, si kuda dan si anjing yang tak kuat lagi melanjutkan perjalanan. Mereka pun berpisah. satu-satunya yang bisa menghiburnya adalah ketika tidur ia selalu bermimpi yang sama. Mimpi ketemu wanita cantik itu lagi. Wanita yang kemunculannya selalu diiringi suara lesung yang merdu.

Namun takdir berkata lain, ketika melintas di sebuah dusun untuk beristirahat sejenak, Raden Budog bertemu dengan para perampok itu. Jumlah mereka lumayan banyak. Dibakar oleh dendam, Raden Budog tanpa pikir panjang langsung menyerang para perampok yang dipimpin oleh Jarot itu. Tapi Naas, Raden Budog kalah, ia terluka parah. Raden Budog terpaksa melarikan diri. Jarot dan anak buahnya mengejar. Beruntung Raden Budog selamat dengan bersembunyi di dalam gua. Namun nasib sial rupanya masih menimpa Raden Budog. Raden Budog jatuh ke dalam jurang di dalam gua yang gelap gulita itu. Terseret arus. Raden Budog merasa nyawanya sudah tak akan bisa tertolong lagi.

Saat Sri Poh Aci sedang berjalan di tepian laut bersama teman-temannya, mereka dikejutkan dengan sesosok tubuh yang terdampar di pantai. Tubuh itu adalah Raden Budog yang terluka parah. Para gadis itu pun segera membawa Raden Budog ke kampung mereka untuk diobati.

Dalam pingsannya Raden Budog bermimpi lagi, mimpi ketemu dengan cewek cantik dengan alunan lesung. Tapi anehnya suara alunan lesung terasa begitu nyata. Raden Budog siuman dari pingsan. Ia mendapati dirinya sudah diobati dan berada di sebuah gubuk. Dari luar sayup terdengar suara lesung. Raden Budog mencari sumber suara. Betapa kagetnya Raden Budog ia melihat wanita cantik dalam mimpinya selama ini yang dengan ceria bermain lesung. Wanita itu adalah Sri Poh Aci.

Raden Budog tinggal di kampung itu. Ia pun dengan giat membantu penduduk dalam bekerja di sawah mereka. Raden Budog dan Sri Poh Aci semakin lama semakin akrab. Diam-diam Sri Poh Aci juga menaruh hati sama Raden Budog. Namun kedekatan mereka tak disukai oleh Dimas. Acap kali Raden Budog dan Dimas berseteru.

Tapi masalah besar pun datang melanda. Para perampok pimpinan Jarot menyerang kampung mereka di saat mereka sedang mengadakan Ngagondang. Pertempuran terjadi. Jarot rupanya hendak menculik Sri Poh Aci dan dijadikannya sebagai istri. Dimas yang tak terima hal itu segera menyerang sayang ia tewas karena menolong Sri. Raden Budog yang tak mau lagi kehilangan orang yang di cintainya di tangan Jarot segera maju bertempur Raden Budog akhirnya berhasil menghabisi Jarot. Dan membuat anak buahnya kocar kacir. Kampung terselamatkan. Dengan Raden Budog sebagai pahlawannya.

Raden Budog dan Sri Poh Aci akhirnya menikah. Mereka hidup bahagia. Raden Budog begitu bahagia mendapatkan istri yang cantik jelita. Wanita cantik dalam mimpinya selama ini. Selain itu, Raden Budog juga jatuh cinta sama bunyi lesung permainan cantik sang istri. Dia juga ikut bermain lesung. Tapi sayang Raden Budog begitu terlena dan terbuai dengan bunyi lesung ia mainkan lesung itu sampai lupa waktu dan melanggar pantangan. Raden Budog yang lupa diri memainkan lesung di saat malam jumat. Pantangan dilanggar, Raden Budog berubah jadi lutung. Karena malu Raden Budog yang berwujud lutung lari ke hutan dan tak ada lagi kabar berita. Sedang Sri Poh Aci yang kehilangan suami tercintanya tak lagi ingin memainkan lesung-lesung itu. Ia pun pergi meninggalkan kampungnya. Dan kelak akan di kenal menjadi Dewi Sri atau Dewi Padi. Kampung itu pun terkenal dengan sebutan Kampung Lesung dan karena letaknya di sebuah tanjung, orang-orang kemudian menyebutnya Tanjung Lesung.
Penulis : Bastian Hivo
Pemain : Christy Jusung, Sandy Tumiwa, Chairul
PH : IBS 

Simak artikel terkait lainnya :

Layar Pagi "Putri Kecil Berbulu Kera"